Sabtu, 11 Februari 2012

Tantangan Agribisnis dari Si Wangi Gaharu



Bibit Aquilaria malaccensis
Gaharu merupakan substansi aromatic berupa gumpalan berwarna coklat muda sampai hitam yang terdapat diantara sel-sel kayu. Tanaman yang bisa menghasilkan gaharu biasa disebut Pohon Gaharu. Sebaran Pohon Gaharu di Asia diantaranya adalah di India, Laos, Burma, Malaysia, Vietnam, dan Indonesia. Sedangkan di Indonesia sendiri Pohon Gaharu tersebar di Pulau Irian, Sumarta, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, maluku dan sedikit di Jawa bagian Barat.

Adapun jenis Pohon Gaharu dan penyebarannya di Indonesia adalah:

1. Aquilaria malaccensis (Sumatra dan Kalimantan)

2. Aquilaria beccariana (Sumatra dan Kalimantan)

3. Aquilaria microcarpa (Sumatra dan Kalimantan)

4. Aquilaria filaria (Irian dan Maluku)

5. Aquilaria cumingiana (Sulawesi)

6. Aquilaria tomntosa (Irian)

7. Grynops audate dan Grynops podocarpus (Irian)

8. Grynops versteegii (Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi, dan Irian)

9. Wikstoemia androsaemifolia (Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara, dan

Sulawesi).

Dan masih banyak lagi beberapa spesies pohon penghasil Gaharu yang tersebar di kedalaman hutan di Indonesia.

Dari beberapa spesies pohon penghasil gaharu diatas, pohon dari marga Aquilaria memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi dan yang paling banyak diburu adalah Aquilaria malaccensis karena gaharu yang dihasilkan memiliki mutu yang sangat baik.

Manfaat Gaharu

Gaharu mengandung essens yang disebut sebagai minyak essens (essential oil) yang dapat dibuat dengan eksraksi atau penyulingan dari gubal gaharu. Essens gaharu ini digunakan sebagai bahan pengikat (fixative) dari berbagai jenis parfum, kosmetika dan obat-obatan herbal. Selain itu, serbuk atau abu dari gaharu digunakan sebagai bahan pembuatan dupa/hio dan bubuk aroma therapy.

Daun pohon gaharu bisa dibuat menjadi teh daun pohon gaharu yang membantu kebugaran tubuh. Senyawa aktif agarospirol yang terkandung dalam daun pohon gaharu dapat menekan sistem syaraf pusat sehingga menimbulkan efek menenangkan, teh gaharu juga ampuh sebagai obat anti mabuk.

Ampas dari sulingan minyak dari marga Aquilaria di Jepang dimanfaatkan sebagai kamfer anti ngengat dan juga mengharumkan seluruh isi lemari. Oleh masyarakat tradisional Indonesia, gaharu digunakan sebagai obat nyamuk, kulit atau kayu gaharu dibakar sampai berasap. Aroma harum tersebutlah yang tidak disukai nyamuk (sumber: majalah Trubus).

Cara Menanam dan Pemeliharaan

Pohon penghasil gaharu secara umum tidak memerlukan syarat tumbuh yang khusus, pohon dapat tumbuh dengan baik pada struktur tanah yang ringan sampai berat dengan terkstur lempung ataupun pasir. Secara ekologi dapat tumbuh pada daerah dengan ketinggian 0 - 2.400 meter dpl, kelembapan 60 – 80 % dengan curah hujan 1.000 – 3.500 mm/th.

Penanaman dimulai dengan membuat lubang tanam dengan kedalaman 30 cm, panjang dan lebar lubang 30 cm. Setelah lubang terbuat, isi lubang dengan pupuk organik matang sampai kedalaman lubang menyisakan 15 cm. Kemudian taburkan 1 sdm akarisida (furadan, marshal, atau rugby) untuk melindungi tanaman dari serangan anjing tanah (orong-orong), gasir, dan hama lainnya yang hidupnya di tanah. Setelah penaburan akarisida, bibit tanaman dikeluarkan dari polybag dan usahakan tanah dalam polybag jangan sampai pecah.

Masukan bibit dengan tinggi minimal 30 cm ke lubang dan lubang diurug dengan tanah yang dicampur dengan pupuk organik dengan perbandingan 1:1. Setelah lubang tertutup oleh tanah, taburkan lagi akarisida di sekeliling tanaman sebanyak 1 sdm kemudian siram dengan air. Pemberian akarisida akan melindungi tananam pada masa kritis yaitu sebelum tanaman berumur lebih dari 3 bulan.

Pemeliharaan dilakukan dengan penyiangan dan pemberian pupuk organik setiap 2 bulan dan pemberian pupuk NPK pabrik setiap 4 bulan sampai tanaman berumur 3 tahun dengan dosis disesuaikan. Setelah tanaman berumur lebih dari 3 tahun pemberian pupuk dilakukan setiap 6 bulan dengan dosis 250 gram/pohon ditabur disekitar pangkal pohon kemudian ditutup dengan tanah.

Usahakan tanaman mendapatkan air yang cukup dan jangan sampai terendam air pada saat musim hujan.

Pembentukan Gubal

Gubal gaharu akan dihasilkan oleh pohon penghasil gaharu yang terinfeksi mikroba fusarium sp, datangnya mikroba fosarium sp ini bisa secara alami dan dengan menyuntikan mikroba ke pohon yang tentunya bertujuan agar pohon terinfeksi fusarium sp. Selang waktu 1-3 tahun setelah disuntik gubal gaharu baru terbentuk.

Kelas, harga dan pemasaran gaharu

Permintaan pasar terhadap gaharu terus meningkat. Selain kebutuhan peribadatan berberapa agama, gaharu juga digunakan oleh masyarakat Arab untuk sebagai siwak. Kondisi iklim yang panas dan kegemaran mengkonsumsi daging membuat tubuh mereka bau menyengat sehingga wangi gaharu digunakan sebagai pangharum.

Harga gaharu sendiri ditentukan berdasarkan kelas, adapun kelas-kelas dalam gaharu secara garis besar adalah:

1.Gubal

a.super: hitam merata, kandungan damar wangi tinggi, aroma kuat

b.super AB: hitam kecoklatan, kandungan damar wangi cukup, aroma kuat

c.sabah super: hitam kecoklatan, kandungan damar wangi sedang, aroma agak kuat

d.kelas C: hitam banyak garis putih, kepingan kayu tipis, rapuh

2.Kemedangan

a.tanggung A: coklat kehitaman, kandungan damar wangi tinggi, aroma agak kuat

b.sabah I: coklat bergaris putih tipis, kandungan damar wangi sedang, aroma agak kuat

c.tanggung AB: coklat bergaris putih tipis, kandungan damar wangi sedang, aroma agak kuat

d.tanggung C: kecoklatan bergaris putih tipis, kandungan damar wangi sedang, aroma agak kuat

e.kemedangan I: kecoklatan bergaris putih lebar, kandungan damar wangi sedang, aroma agak kuat

f.kemedangan II: putih keabu-abuan bergaris hitam tipis, kandungan damar wangi kurang, aroma kurang kuat

g.kemedangan III: putih keabu-abuan, kandungan damar wangi kurang,aroma kurang kuat

3.Abu/cincangan yang merupakan potongan kayu kecil hasil pengerokan atau sisa penghancuran kayu gaharu

(sumber: majalah Trubus)

Harga gaharu terus meningkat seiring dengan permintaan pasar, namun ketersediaan gaharu dari alam terus menurun, hal inilah yang mendasari budidaya gaharu.

Adapun negara tujuan eksport gaharu diantaranya adalah Singapura, Timur Tengah, Taiwan, Jepang, Hongkong, Korea dan Malaysia. Adapun eksport terbanyak ke negara Singapura baru Timur Tengah di urutan ke-2.

Jenis Gaharu Dunia

Ranking Gaharu Dunia
1. AQUILARIA SUBINTEGRA Found at Thailand
2. AQUILARIA CRASSNA Found at Thailand, Cambodia, Loas, Vietnam
3. AQUILARIA MALACCENSIS Found at Thailand, India, Indonesia
4. AQUILARIA APICULATA Found at Philippines
5. AQUILARIA BAILLONIL Found at Thailand, Combodia, Loas, Vietnam
6. AQUILARIA BANEONSIS Found at Vietnam
7. AQUILARIA BECCARIAN Found at Indonesia
8. AQUILARIA BRACHYANTHA Found at Malaysia
9. AQUILARIA CUMINGIANA Found at Indonesia, Philippines
10.AQUILARIA FILARIA Found at Nuegini, China
11.AQUILARIA GRANDIFLORA Found at China
12.AQUILARIA HILATA Found at Indonesia, Malaysia
13.AQUILARIA KHASIANA Found at India
14.AQUILARIA MICROCAPA Found at Indonesia, Malaysia
15.AQUILARIA ROSTRATA Found at Malaysia
16.AQUILARIA SINENSIS Found at China

Senin, 06 Februari 2012

Klasifikasi Gaharu


1.    Ruang lingkup
Standar ini meliputi definisi, lambang dan singkatan, istilah, spesifikasi, klasifikasi, cara pemungutan, syarat mutu, pengambilan contoh, cara uji, syarat lulus uji, syarat penandaan, sebagai pedoman pengujian gaharu yang diproduksi di Indonesia.
2.    Definisi
Gaharu adalah sejenis kayu dengan berbagai bentuk dan warna yang khas, serta memiliki kandungan kadar damar wangi, berasal dari pohon atau bagian pohon penghasil gaharu yang tumbuh secara alami dan telah mati, sebagai akibat dari proses infeksi yang terjadi baik secara alami atau buatan pada pohon tersebut, dan pada umumnya terjadi pada pohon Aguilaria sp. (Nama daerah : Karas, Alim, Garu dan lain-lain).
3.    Lambang dan Singkatan
3.1.  U   = Mutu utama             3.12. t    = Tebal    
3.2.  I   = Mutu pertama           3.13. TGA  = Tanggung A
3.3.  II  = Mutu kedua             3.14. TAB  = Tanggung AB
3.4.  III = Mutu ketiga            3.15. TGC  = Tanggung C
3.5.  IV  = Mutu keempat           3.16. TK 1 = Tanggung kemedangan 1
3.6.  V   = Mutu kelima            3.17. SB 1 = Sabah 1            
3.7.  VI  = Mutu Keenam            3.18. M 1  = Kemedangan 1
3.8.  VII = Mutu ketujuh           3.19. M 2  = Kemedangan 2
3.9.  -   = Tidak dipersyaratkan   3.20. M 3  = Kemedangan 3
3.10. p   = Panjang                3.21. kg   = kilogram
3.11. l   = Lebar                  3.22. gr   = gram
4.    Istilah
4.1.    Abu gaharu adalah serbuk kayu gaharu yang dihasilkan dari proses penggilingan atau penghancuran kayu gaharu sisa pembersihan atau pengerokan.
4.2.    Damar gaharu adalah sejenis getah padat dan lunak, yang berasal dari pohon atau bagian pohon penghasil gaharu, dengan aroma yang kuat, dan ditandai oleh warnanya yang hitam kecoklatan.
4.3.    Gubal gaharu adalah kayu yang berasal dari pohon atau bagian pohon penghasil gaharu, memiliki kandungan damar wangi dengan aroma yang agak kuat, ditandai oleh warnanya yang hitam atau kehitam-hitaman berseling coklat.
4.4.    Kemedangan adalah kayu yang berasal dari pohon atau bagian pohon penghasil gaharu, memiliki kandungan damar wangi dengan aroma yang lemah, ditandai oleh warnanya yang putih keabu-abuan sampai kecoklat-coklatan, berserat kasar, dan kayunya yang lunak.
5.    Spesifikasi
Gaharu dikelompokkan menjadi 3 (tiga) sortimen, yaitu gubal gaharu, kemedangan dan abu gaharu.
6.    Klasifikasi
6.1.    Gubal gaharu dibagi dalam tanda mutu, yaitu :
  1. Mutu utama, dengan tanda mutu U, setara mutu super.
  2. Mutu pertama, dengan tanda mutu I, setara mutu AB.
  3. Mutu kedua, dengan tanda mutu II, setara mutu sabah super.
6.2.    Kemedangan dibagi dalam 7 (tujuh) kelas mutu, yaitu :
  1. Mutu pertama, dengan tanda mutu I, setara mutu TGA atau TK I.
  2. Mutu kedua, dengan tanda mutu II, setara mutu SB I.
  3. Mutu ketiga, dengan tanda mutu III, setara mutu TAB.
  4. Mutu keempat, dengan tanda mutu IV, setara mutu TGC.
  5. Mutu kelima, dengan tanda mutu V, setara mutu M 1.
  6. Mutu keenam, dengan tanda mutu VI, setara mutu M 2.
  7. Mutu ketujuh, dengan tanda mutu VII, setara mutu M 3.
6.3.    Abu gaharu dibagi dalam 3 (tiga) kelas mutu, yaitu :
  1. Mutu Utama, dengan tanda mutu U.
  2. Mutu pertama, dengan tanda mutu I.
  3. Mutu kedua, dengan tanda mutu II.
7.    Cara Pemungutan
7.1.    Gubal gaharu dan kemedangan diperoleh dengan cara menebang pohon penghasil gaharu yang telah mati, sebagai akibat terjadinya akumulasi damar wangi yang disebabkan oleh infeksi pada pohon tersebut.
7.2.    Pohon yang telah ditebang lalu dibersihkan dan dipotong-potong atau dibelah-belah, kemudian dipilih bagian-bagian kayunya yang telah mengandung akumulasi damar wangi, dan selanjutnya disebut sebagai kayu gaharu.
7.3.    Potongan-potongan kayu gaharu tersebut dipilah-pilah sesuai dengan kandungan damarnya, warnanya dan bentuknya.
7.4.    Agar warna dari potongan-potongan kayu gaharu lebih tampak, maka potongan-potongan kayu gaharu tersebut dibersihkan dengan cara dikerok.
7.5.    Serpihan-serpihan kayu gaharu sisa pemotongan dan pembersihan atau pengerokan, dikumpulkan kembali untuk dijadikan bahan pembuat abu gaharu.
8.    Syarat Mutu
8.1.    Persyaratan umum
Baik gubal gaharu maupun kemedangan tidak diperkenankan memiliki cacat-cacat lapuk dan busuk.
8.2.    Persyaratan khusus
Persyaratan khusus mutu gaharu, dapat dilihat berturut-turut pada Tabel 1, 2 dan 3.
Tabel 1. Persyaratan Mutu Gubal Gaharu
No.
Karakteristik
M u t u
U
I
II
1.
Bentuk
-
-
-
2.
Ukuran :
  p
  l
  t

4 - 15 cm
2 - 3 cm
> 0,5 cm

4 - 15 cm
2 - 3 cm
> 0,5 cm

>15 cm
-
-
3.
WarnaHitam merataHitam kecoklatanHitam kecoklatan
4.
Kandungan damar wangiTinggiCukupSedang
5.
SeratPadatPadatPadat
6.
BobotBeratAgak beratSedang
7.
Aroma (dibakar)KuatKuatAgak kuat
Tabel 2. Persyaratan Mutu Kemedangan
No.
Karakteristik
M u t u
I
II
III
IV
V
VI
VII
1.
WarnaCoklat kehitamanCoklat bergaris hitamCoklat bergaris putih tipisKecoklatan bergaris putih tipisKecoklatan bergaris putih lebarPutih keabu-abuan garis hitam tipisPutih keabu-abuan
2.
Kandungan damar wangiTinggiCukupSedangSedangSedangKurangKurang
3.
SeratAgak padatAgak padatAgak padatKurang padatKurang padatJarangJarang
4.
BobotAgak beratAgak beratAgak beratAgak beratRinganRinganRingan
5.
Aroma (dibakar)Agak kuatAgak kuatAgak kuatAgak kuatKurang kuatKurang kuatKurang kuat
Tabel 3. Persyaratan Mutu Abu Gaharu
No.
Karakteristik
M u t u
U
I
II
1.
WarnaHitamCoklat kehitamanPutih kecoklatan/kekuningan
2.
Kandungan damar wangiTinggiSedangKurang
3.
Aroma (dibakar)KuatSedangKurang
9.    Pengambilan Contoh
Pengambilan contoh kayu atau abu gaharu untuk keperluan pemeriksaan dilakukan secara acak, dengan jumlah contoh uji seperti tercantum pada Tabel 4.
Tabel 4. Jumlah Gaharu Contoh Uji
No.
Jumlah Populasi
Jumlah Contoh Uji
1.
2.
3.
<100 kg
100 - 1.000 kg
> 1.000 kg
15 gr
100 gr
200 gr
10.   Cara Uji
10.1.   Prinsip : Pengujian dilakukan secara kasat mata (visual) dengan mengutamakan kesan warna dan kesan bau (aroma) apabila dibakar.
10.2.   Peralatan yang digunakan meliputi meteran, pisau, bara api, kaca pembesar (loupe) ukuran pembesaran > 10 (sepuluh) kali, dan timbangan.
10.3.   Syarat pengujian
10.3.1.   Kayu gaharu yang akan diuji harus dikelompokkan menurut sortimen yang sama. Khusus untuk abu gaharu dikelompokkan menurut warna yang sama.
10.3.2.   Pengujian dilaksanakan ditempat yang terang (dengan pencahayaan yang cukup), sehingga dapat mengamati semua kelainan yang terdapat pada kayu atau abu gaharu.
10.4.   Pelaksanaan pengujian
10.4.1.   Penetapan jenis kayu
Penetapan jenis kayu gaharu dapat dilaksanakan dengan memeriksa ciri umum kayu gaharu.
10.4.2.   Penetapan ukuran
Penetapan ukuran panjang, lebar dan tebal kayu gaharu hanya berlaku untuk jenis gubal gaharu.
10.4.3.   Penetapan berat
Penetapan berat dilakukan dengan cara penimbangan, menggunakan satuan kilogram (kg).
10.4.4.   Penetapan mutu
Penetapan mutu kayu gaharu adalah dengan penilaian terhadap ukuran, warna, bentuk, keadaan serat, bobot kayu, dan aroma dari kayu gaharu yang diuji. Sedangkan untuk abu gaharu dengan cara menilai warna dan aroma.
  1. Penilaian terhadap ukuran kayu gaharu, adalah dengan cara mengukur panjang, lebar dan tebal, sesuai dengan syarat mutu pada Tabel 2.
  2. Penilaian terhadap warna kayu dan abu gaharu adalah dengan menilai ketuaan warna, lebih tua warna kayu, menandakan kandungan damar semakin tinggi.
  3. Penilaian terhadap kandungan damar wangi dan aromanya adalah dengan cara memotong sebagian kecil dari kayu gaharu atau mengambil sejumput abu gaharu, kemudian membakarnya. Kandungan damar wangi yang tinggi dapat dilihat dari hasil pembakaran, yaitu kayu atau abu gaharu tersebut meleleh dan mengeluarkan aroma yang wangi dan kuat.
  4. Penilaian terhadap serat kayu gaharu, adalah menilai kerapatan dan kepadatan serat kayu. Serat kayu yang rapat, padat, halus dan licin, bermutu lebih tinggi dari pada serat yang jarang dan kasar.
10.4.5.   Penetapan mutu akhir
Penetapan mutu akhir didasarkan pada mutu terendah menurut salah satu persyaratan mutu berdasarkan karakteristik kayu gaharu.
11.   Syarat Lulus Uji
Kayu gaharu atau abu gaharu yang telah diuji atau diperiksa, dinyatakan lulus uji apabila memenuhi persyaratan mutu yang telah ditetapkan.
12.   Syarat Penandaan
Pada kemasan kayu atau abu gaharu yang telah selesai dilakukan pengujian harus diterakan:
- Nomor kemasan
- Berat kemasan
- Sortimen
- Mutu
- Nomor SNI
- Tanda Pengenal Perusahaan (TPP)

http://www.dephut.go.id/informasi/SNI/gaharu.HTM

Sabtu, 04 Februari 2012

Pohon Aquilaria berkelanjutan memproduksi Agarwood

Agarwood, aloeswood, gaharu, jinkoh, gaharu adalah nama-nama bagi dunia yang paling berharga dupa. Bahan resinous ini dihasilkan oleh pohon-pohon hutan hujan tropis dan telah digunakan selama berabad-abad sebagai dupa dan obat tradisional. Di masa lalu, pertumbuhan tua Aquilaria dan pohon-pohon tanpa pandang bulu Gyrinops dipotong untuk menemukan resin (biasanya tersembunyi dalam pusat hanya beberapa pohon tua). Hari ini di banyak negara Asia Tenggara di mana pohon itu sekali asli, telah menjadi sangat langka karena meningkatnya panen. 

Yang resinous minyak kayu atau diekstrak dari bagian dalam beberapa pohon sangat berharga karena sangat dianggap untuk digunakan selama Buddha dan kegiatan kebudayaan Islam serta unsur penting dalam banyak obat-obatan tradisional. Juga merupakan komponen yang sangat penting dalam upacara tradisional dupa Jepang. Meskipun sebagian besar orang di Amerika Serikat dan Eropa tidak akrab dengan resinous aromatik kayu, yang digunakan sebagai dupa (disebut aloeswood) disebutkan beberapa kali dalam Alkitab. Orang-orang di Amerika Serikat, Eropa dan negara-negara lain yang telah memiliki kesempatan untuk mencium bau wangi dupa yang luar biasa ini merasa sangat menarik dan menyenangkan.
Pohon Aquilaria sekarang dilindungi di sebagian besar negara dan pengumpulan Agarwood adalah ilegal dari hutan alam. Kesepakatan internasional, seperti CITES (Konvensi Perdagangan Internasional dalam Endangered Species of Wild Fauna dan Flora), diterima oleh 169 negara, dirancang untuk memastikan Agarwood perdagangan produk-produk dari pohon-pohon liar tidak mengancam kelangsungan hidup Aquilaria. Meskipun upaya-upaya ini Agarwood produk dari menebang pohon secara ilegal terus dijual dan ketidaktahuan konsumen menciptakan permintaan yang membantu untuk menghancurkan tua terakhir pertumbuhan pohon Aquilaria yang ada.

Agarwood apa yang memicu terbentuk dalam pertumbuhan tua pohon telah menjadi sebuah misteri tak terpecahkan. Penyelidikan penelitian kami selama 12 tahun terakhir bekerjasama dengan Proyek Rainforest Foundation, sebuah organisasi nirlaba yang didedikasikan untuk pelestarian hutan dunia http://www.agarwood.org.vn, telah mempelajari pembentukan resin di pohon Aquilaria dan Gyrinops dan menemukan sebuah metode untuk memproduksi resin tumbuh di perkebunan pohon-pohon muda. Teknik ini terdiri dari pohon-pohon melukai cara tertentu dan menerapkan perlakuan-perlakuan untuk mempercepat tanggapan pertahanan alami dari pohon. Teknik memungkinkan hasil yang berkelanjutan dari resin yang akan diproduksi di pohon relatif muda. Agarwood adalah produk hutan bernilai tinggi yang mudah untuk menyimpan dan kapal. Kami mengembangkan metode baru untuk mengolah Agarwood menyediakan ekonomi baru, non-kayu hasil hutan untuk Asia Tenggara dan daerah tropis lainnya di dunia. Ini ekonomi baru di daerah pedesaan akan membantu banyak orang termiskin di dunia. Produksi yang berkelanjutan Agarwood tumbuh di perkebunan pohon menghilangkan kebutuhan untuk memotong pohon-pohon hutan pertumbuhan tua untuk resin dan akan membantu menyelamatkan pohon yang terancam ini dari kemungkinan kepunahan. Karya ini juga menyediakan sumber Agarwood dibudidayakan sehingga resin aromatik megah ini dapat dinikmati oleh orang-orang di seluruh dunia. Pertama di dunia yang dibudidayakan Agarwood diproduksi menggunakan teknologi oleh petani di Vietnam sekarang tersedia dan dapat dibeli dari distributers dan dari internet.
Agarwood bentuk sebagai zat resinous jauh di dalam beberapa jenis pohon dari Asia Tenggara. Banyak kebudayaan hadiah Agarwood, yang tidak kayu sama sekali, seperti minyak wangi dupa dan minyak untuk digunakan selama upacara keagamaan di kuil-kuil dan masjid-masjid. Panen yang berlebihan Agarwood dari hutan lindung diduga telah membuat resin langka serta terancam banyak spesies pohon inang.

Juga dikenal sebagai aloeswood, heartwood, atau gaharu, resin ambar menyerupai Agarwood. Hal ini lengket dan mudah dibentuk, tetapi tidak secara alami diproduksi oleh pohon seperti kebanyakan jenis getah. Itu hanya bentuk persentase dalam pohon kecil dari keluarga Aquilaria, disebut thymelaeceae, yang digunakan untuk tumbuh di iklim dan hutan hujan di Malaysia, Papua Nugini, Indonesia, India, dan Vietnam. Pohon tropis ini sebenarnya tumbuh sangat cepat di tanah yang buruk, selama mereka mendapatkan cukup air.

Sayangnya, pohon-pohon tidak dihargai kayu produktif mereka, melainkan substansi anomali Agarwood yang tampaknya timbul sebagai akibat dari infeksi atau mutasi genetik. Sayangnya, orang tidak dapat membedakan mana pohon bisa menghasilkan panen yang besar dan kuat Agarwood sampai mereka ditebang dan pecah. Tinjauan ke masa depan mungkin telah memungkinkan mereka akan dimonitor sebagai sumber daya terbarukan, tetapi lebih-panen memiliki semua tetapi menghilangkan pohon Aquilaria di sebagian besar negara.

REFERENCE: http://www.psiko-mahadijalalal.blogspot.com/

Konferensi Gaharu

Saya baru saja kembali dari tiga minggu di Demokratik Rakyat Laos Republik. Aku ada di sana untuk Agarwood, saya fiksasi, kecanduan dan gairah selama 10 tahun. Saya bukan seorang ilmuwan melainkan mementingkan kesenangan badaniah dan aromatik maven. Saya bertemu dengan seorang teman penyuling Agarwood di Laos, yang tidak biasa dan juga orang kecanduan dikenal oleh penduduk setempat untuk keahliannya di ekstraksi, kualitas kearifan, dan kemampuan teknik yang tepat.

 Laos adalah terpencil, pedalaman, pegunungan, pedesaan negara di Asia Tenggara. Ini berbatasan dengan Vietnam, Cina, Thailand, Burma dan Kamboja. Laos adalah berurat dengan sistem sungai yang sangat luas, sedangkan anak sungai Mekong dan kisi seluruh utara. Laos adalah salah satu negara yang paling padat penduduknya di Asia; tidak banyak industri, termasuk pertanian, tidak banyak jalan beraspal, dan salah satu yang terendah di dunia GNPs. Laos masih tertutup oleh hutan menghilang dengan cepat, yang mendukung populasi hewan diketahui telah punah di tempat lain: harimau, macan tutul, lumba-lumba air tawar, dhole, rusa liar, dan bahkan ikan lele Mekong. Ada banyak etnis lainnya di Laos; hampir 1 / 2 dari negara suku dan Lao dituturkan sebagai bahasa kedua atau tidak sama sekali.

Delapan puluh persen penduduk tinggal di pedesaan, berburu dan memancing. Kebanyakan orang lebih suka permainan liar untuk dijinakkan daging. Kehidupan kecepatan lambat dan santai - di kota-kota Luang Prabang dan Vientaine, pada malam hari, sepertinya seluruh penduduk duduk menghadap ke Mekong, BeerLao minum dan mengobrol, atau bermain bulutangkis di kemerahan senja yang hangat. Tidak ada bangunan tinggi, beberapa mobil, dan tampaknya, tidak terlalu banyak undang-undang.

Agarwood pohon tumbuh berlimpah di Laos; mereka ditemukan di seluruh Asia Tenggara, dengan kualitas tertinggi kayu dari negara-negara bekas Indochina: Vietnam, Laos, dan Kamboja. Wilayah ini, Vietnam, pada khususnya, memiliki beberapa stasiun percobaan bekerja pada menginfeksi pohon, dan beberapa Aquilaria perkebunan. Agarwood, dan minyak, oud, adalah produk yang terinfeksi kayu dari beberapa spesies pohon genera: Yang paling umum adalah Aquilaria dan Gyrinops. Namun, seperti Aquilaria adalah pohon ditemukan di Laos, itu adalah pohon Aku akan berbicara tentang. Dari 11 spesies Aquilaria, diperkirakan mungkin 4-6 dari mereka dapat menghasilkan aromatik yang sangat dicari damar. Dan ini, Aquilaria crassna adalah spesies asli ke Laos. Informasi ini terbuka untuk diperdebatkan, karena tidak banyak yang berbahasa Latin botanis berkeliaran di hutan Lao (sebenarnya saya pikir hanya ada satu!) Dan mungkin yang Aquilaria crassna bukanlah satu-satunya pohon penghasil resin. Masyarakat setempat memiliki nama lain, di Lao "mai" berarti "kayu" dan begitu mai-keydsanah berarti, sederhana, Agarwood.

Agarwood Resin bentuk untuk menanggapi masih agak misterius set faktor. Di masa lalu, itu dianggap hama serangga. Percobaan baru-baru ini melibatkan sengaja melukai pohon, menyuntik dengan substansi yang menjengkelkan, dan mencegah dari penyembuhan secara alami. Ini agak efektif, menghasilkan beberapa kayu yang terinfeksi, namun belum begitu sukses dengan minyak sebagai minyak yang dihasilkan dari pohon bertani muda dan kualitas lebih rendah, keras dan "berminyak." Agarwood terbaik, ketika seluruh pohon yang terinfeksi dengan kualitas tinggi , resin dan minyak padat, dapat terjadi hanya dengan banyak waktu, dan lebih baik di hutan atau non-buat pengaturan. Pohon ini juga akan mati atau sekarat dan kadang-kadang sebagian dikubur. Agarwood resin teka-teki dapat pohon di seluruh yang heartwood, dan ketika ada banyak dari resin, yang masing-masing potongan dibersihkan dan dijual sebagai keripik, dalam berbagai kelas. Lesser kayu berkualitas, warna putih, dan mengandung kurang resin dan minyak atsiri juga digunakan: dinilai, cincang, cincang halus, dihancurkan, direndam, suling, redistilled, dihapus dan dikeringkan, dan menggulung ke dupa. Kayu yang tidak terinfeksi tidak memiliki aromatik digunakan.

Berapa banyak pohon di bawah budidaya?

Inokulasi Gaharu

Fusarium yang di inokulasi ke jaringan pohon itu sebenarnya kuman penyebab penyakit. Oleh karena itu pohon gaharu itu melawan dengan memproduksi resin bernama fitoaleksin supaya kuman tak menyebar ke jaringan pohon lain. Seiring waktu, resin itu mengeras di sudut sudut pembuluh xylem dan floem – organ pohon yang mendistribusikan makanan berwarna kecokelatan, serta harum bila dibakar.

Mengingat jenis isolate penyakit pembentuk gaharu berbeda beda sesuai kondisi iklim dan lingkungan, maka penyedia inokulan perlu melakukan isolasi jenis penyakit yang berprospek memproduksi gaharu. Isolasi ini dilakukan terhadap tanaman gaharu alam yang berada di dalam kawasan hutan sekitar daerah pengembangan. Untuk tujuan tersebut, perlu diawali dengan pengamatan lapangan untuk mempelajari aspek gaharu yang tumbuh alami serta mengisolasi dan mengidentifikasi jenis penyakit dari pohon yang terserang.
Agar berhasil mengembangkan inokulan pembentuk gaharu, diperlukan teknik tertentu. Untuk hal ini, sangat diperlukan peran dari pemerintah daerah instansi atau lembaga terkait, perguruan tinggi, dan investor atau pengusaha swasta didaerah setempat sebagai pelaku produksi inokulan. Adapun tahapan teknik pengembangan inokulan sebagai berikut:

• Pilih pohon gaharu alami yang sudah terinfeksi mikroba penyakit pembentuk gaharu.
• Ambil potongan cabang atau kupasan batang pohon gaharu terpilih. Potongan cabang atau kupasan batang ini disebut “ Preparat ”.
• Bawa preparat tersebut ke Laboratorium dan upayakan agar suhu dan kelembapan nya tetap terjaga dengan cara dimasukkan dalam kotak es.
• Kembangkan spora dari preparat cabang dan atau batang tersebut di dalam media agar untuk diidentifikasi jenis mikrobanya sebagai biakan murni.
• Kembangkan spora dan miselium biakan murni tersebut kedalam media padat seperti serbuk gergaji pohon gaharu atau dalam media cair ang telah berisi unsur makro dan mikro sebagai energi hidup.
• Masukkan media spora kedalam incubator pembiakan dan kondisikan suhu dan kelembapan incubator pembiakan tersebut pada keadaan optimal, yaitu suhu 24 - 32C dan kelembapan 80%. Biarkan sekitar 1 – 2 bulan.
• Tempatkan spora yang sdah dibiakkan tersebut kedalam wadah berupa botol kaca, botol plastic, atau botol infuse bekas.
• Simpan botol dalam freezer incubator. Inokulan ini sudah siap diinokulasikan ke tanaman gaharu. Teknik inokulasi dengan inokulan terhadap pohon gaharu berbeda beda sesuai dengan bentuk inokulannya. Pada pelaksanaan penginokulasian terhadap pohon gaharu ini, harus diperhatikan umur dan diameter batangnya. Batas minimal suatu pohon dapat di inokulasi ditandai dengan pohon yang mulai berbunga. Biasanya umur tanaman tersebut sekitar 4 – 5 tahun atau diameter batang sudah mencapai 8 – 10 cm. Berikut diulas teknik inokulasi menggunakan inokulan padat dan cair.


Inokulasi dengan inokulan padat.
Teknik inokulasi pohon gaharu menggunakan inokulan padat dilaksanakan dengan cara sebagai berikut:

• Buat lubang pada batang kayu gaharu dengan menggunakan bor. Diameter lubang bor sekitar 0,8 – 10 mm. Kedalaman optimal pemboran ini perlu disesuaikan dengan ukuran diameter batang, biasanya sekitar 5 cm. Setiap batang dibuatkan banyak lubang dengan jarak antar lubang bor sekitar 20 cm.
• Bersihkan tangan pelaku inokulasi dengan air hingga bersih dan dibilas dengan alcohol sebelum pelaksanaan inokulasi.
• Masukkan inokulasi padat ke setiap lubang. Jumlah inokulan disesuaikan dengan kedalaman lubang. Sebagai patokan, pemasukan ini dilakukan hingga lubang terisi penuh dengan inokulan. Agar pemasukan menjadi mudah, gunakan potongan kayu atau bamboo yang ukurannya sesuai dengan ukuran diameter lubang.
• Tutup setiap lubang yang sudah diberi inokulan untuk mnghindari masuknya air ke dalam lubang. Penutupan lubang ini dilakukan dengan pasak kayu gaharu. Penutupan pun dapat dilakukan dengan “lili malam”

Inokulasi dengan inokulan cair.
Teknik inokulasi menggunakan inokulan cair dilaksanakan dengan cara sebagai berikut:
• Lakukan pengeboran pada pangkal batang pohon dengan posisi miring kebawah. Kedalaman pemboran disesuaikan dengan diameter batang pohon, biasanya 1/3 diameter batang. Sementara mata bor yang digunakan berukuran sama dengan selang infus sekitar 0,5 cm. Selang infuse tersebut biasanya sudah disediakan produsen inokulan pada saat pembelian inokulan. Namun, bila belum tersedia, selang infuse dapat disediakan sendiri oleh petani.
• Masukkan selang infus yang ada pada botol inokulan cair kedalam lubang.
• Atur besarnya aliran inokulan cair tersebut. Hentikan aliran infuse bila cairan inokulan sudah keluar dari lubang.
• Tutup bagian tepi disekitar selang infuse dengan menggunakan “lilin malam”.
• Ulangi pengaturan aliran masuknya cairan infuse kedalam lubang setiap 1 – 2 hari, tergantung keadaan cairan dalam lubang. Pengaturan aliran dilakukan bila lubang sudah tidak terdapat lagi cairan inokulasi.
• Laksanakan penginokulasian ini hingga inokulan cair didalam botol infuse tersebut habis. Penginokulasian diulang kembali dengan botol inokulasi baru, bila belum ada tanda tanda kematian fisik dan fisiologis.

Gaharu

Gaharu adalah kayu yang paling langka dan paling berharga di planet ini, dihargai karena kekayaan, indah dan healingfragrance. Agarwood, menjadi sangat langka dan seringkali sulit untuk mendapatkan, memiliki nilai ini dipatok pada 1,5 kali lebih dari emas!

Gaharu memiliki banyak nama, di atas adalah beberapa resinous ini, harum dan sangat berharga heartwood diproduksi oleh Aquilaria malaccensis dan spesies lain dari genus Aquilaria pohon Indomalesian. Kekayaan nama untuk gelap ini dan berat kayu (nama Cina-nya secara harfiah berarti 'kayu yang tenggelam') mencerminkan luas dan beragam penggunaan selama ribuan tahun.
Agarwood menenangkan sistem saraf, mengusir energi negatif, membawa kewaspadaan, mengurangi kecemasan, memanggil rasa kekuatan dan kedamaian dan meningkatkan fungsi otak. Ini memudahkan neurosis dan perilaku obsesif dan membantu menciptakan harmoni di rumah Anda.
Agarwood sangat psikoaktif. Ini digunakan untuk perjalanan spiritual, pencerahan, kejelasan dan untuk membawa kedamaian yang mendalam diperlukan untuk meditasi. Hal ini direkomendasikan oleh praktisi yang berpengalaman untuk memberikan motivasi dan pengabdian yang diperlukan untuk meditasi. Ini membawa komunikasi dengan transenden, menyegarkan pikiran, tubuh dan jiwa. Dikatakan bahwa doa muncul dengan asap wangi dupa Agarwood membawa doa kepada Sang Pencipta.
Buddha menggunakan Agarwood untuk transmutasi kebodohan. Rahib Tibet menggunakannya untuk membawa energi untuk menenangkan pikiran dan jiwa. Para sufi dan Jepang Agarwood Shaman menggunakan minyak dalam upacara esoterik. Dapat meningkatkan kejernihan mental, membuka mata ketiga dan semua atas charkas sementara menenangkan seluruh sistem.

Apakah Gaharu itu..???

Gaharu adalah resinous kayu dari pohon Aquilaria, sebuah pohon cemara tropis kuno asli India Utara, Laos, Kamboja, Malaysia, Indonesia, Cina dan Vietnam Selatan. Nama ilmiahnya Aquilara malaccensis atau Aquilaria agallocha. Aquilaria pohon yang tumbuh hingga 40 meter dan tinggi 60 cm diameter. Ini beruang beraroma manis, bunga putih salju. Pohon-pohon sering terinfeksi dengan parasit jamur atau jamur, phialophora parasitica, dan mulai menghasilkan resin aromatik sebagai respons terhadap serangan ini. Resin dari pohon dari serangan jamur alami dan respon imun umumnya dikenal sebagai agar-agar.
Jamur dan proses dekomposisi terus menghasilkan yang sangat kaya dan gelap membentuk resin dalam heartwood. Dengan demikian, Agarwood berkembang sangat, sangat perlahan seiring waktu, biasanya beberapa ratus tahun! Bumi ini menghasilkan paling berharga dan minyak suci.
Yang lebih rendah resin yang dibuat oleh sengaja melukai dari pohon Aquilaria; meninggalkan lebih rentan terhadap serangan jamur dengan menggunakan metode yang dipaksakan. Ini biasanya disebut agar dan ditemukan di pohon-pohon ditanam secara komersial. Kaca Stones tidak menggunakan minyak dari metode dipaksa ini.
Agarwood - Fakta Menarik:
Lord Buddha telah mengatakan bahwa bau Agarwood pembakaran "adalah aroma Nirwana". Ini juga merupakan favorit Lord Krishna, yang disebutkan dalam teks-teks tertulis yang tertua - Sansekerta Veda.
Meskipun selatan Jazirah Arab telah lama diidentikkan dengan aromatik, hanya sedikit orang Barat yang akrab dengan Agarwood. Ketidakjelasan ini sebagian disebabkan oleh kelangkaan dan biaya Agarwood.
Agarwood juga telah digunakan dalam hampir setiap tradisi keagamaan di seluruh dunia dan dihormati selama ribuan tahun oleh banyak budaya sebagai bahan dupa paling berharga. Saat itu Agarwood dan kemenyan yang dibakar di pemakaman Yesus upacara. Ayurvedic, Arab, Sufi, Unanai, Tibet dan dokter Cina memiliki semua Agarwood digunakan dalam praktek mereka untuk mengobati berbagai penyakit termasuk penyakit mental.

Raja Louis XIV dari Perancis telah dicuci kemejanya air mawar yang telah Agarwood sebelumnya direbus. Prajurit samurai beraroma baju besi mereka dengan asap Agarwood untuk keberuntungan sebelum pergi ke pertempuran.
Inilah legendaris "pohon dari taman Eden" tempat Adam dan Hawa hanya diizinkan untuk mengambil potongan dari pohon Agarwood.
India Kalidasa penyair pernah menulis: "Cantik wanita, mempersiapkan diri untuk pesta kesenangan, membersihkan dirinya dengan bubuk kuning sandal, jelas dan murni, menyegarkan dada mereka dengan aroma yang menyenangkan, dan suspend rambut gelap mereka dalam asap pembakaran Agarwood .
Agarwood Mesir digunakan untuk membalsem dan mengurapi orang mati.
"Emas hanya debu ketika masih di dalam tanah, dan oud, di negara asalnya, hanya kayu bakar jenis lain." Kedelapan-abad penyair Mesir Muhammad bin Idris al-Syafi'i

Agarwood Uses:
Obat

Tonik, afrodisiak, diuretik, menghilangkan epilepsi, antimikroba, karminatif, anti-asma.
Berguna dalam gangguan saraf, pencernaan, keluhan bronkial, campak, rematik, sakit selama dan setelah melahirkan, kejang pada pencernaan dan sistem pernafasan, demam, sakit perut, asma, kanker, sakit perut, diare, mual, regurgitasi, kelemahan pada orang tua, sesak napas, menggigil, sakit umum dan sirosis hati. Ini juga bertindak sebagai direktur atau focuser untuk obat-obatan lainnya. Telah digunakan sebagai pengobatan untuk tumor paru-paru dan perut.

Perfumery
Resin juga digunakan dalam wewangian. Yves Saint Laurent dan Agarwood Amouage gunakan sebagai dasar dalam parfum yang paling eksklusif.
Kuliner

Digunakan di Malaysia untuk rasa kari dan Taiwan menggunakan Agarwood sebagai bahan aromatik anggur lokal mereka.
Afrodisiak
Agarwood adalah zat perangsang yang paling kuat dari semua minyak esensial.
Insomnia
Valerian adalah komponen alami Agarwood resin dan fungsi untuk meringankan insomnia dan menenangkan sistem saraf sebelum tidur, yang memungkinkan orang untuk memiliki lebih dalam, lagi tidur.

Wicca
Dalam Agarwood Wicca digunakan untuk cinta dan spiritualitas dan disebut untuk di banyak rumus ajaib yang paling kuat untuk menarik seorang kekasih dekat.
Aromatherapy
Kemampuan untuk memohon Agarwoods mendalam relaksasi membuatnya sangat berguna dalam setiap sesi aromaterapi, tetapi terutama efektif di mana kecemasan dan depresi yang hadir. Juga secara luas digunakan sebagai zat perangsang yang efektif.



Gaharu adalah tanaman langka yang dilindungi. 
Sehingga Indonesia sudah kena peringatan CITES, apendix II.
Bagaimana upaya kita untuk menyelamatkan gaharu dari bumi Indonesia ini?
Yang dulu tumbuh subur, namun sekarang sudah sangat susah untuk menjumpai nya.
Dari jaman dahulu juga Indonesia sudah mengenal system export import, hanya saja cara nya yang masih sangat sederhana. Mungkin nenek moyang kita dengan system barter. Misal, dengan bangsa Tar tar, gaharu barter dengan tembikar atau guci. Dengan bangsa Timur tengah, barter dengan Minyak wangi atau sejenis nya.


Padahal, gaharu ini juga adalah sumber bibit minyak wangi. Melihat potensi yang ada, mengapa bangsa ini tidak melirik peluang yang ada. Dengan ber niaga gaharu, dampak positip nya akan memakmurkan masyarakat. Juga mewarisi perniagaan nenek moyang, yang jaman itu adalah jaman kegemilangan Indonesia kuno. Mengapa tidak meneruskan profesi nenek moyang yang gemah ripah loh jinawi, boleh disebut: Baldatun Toyyibatun Warobbun Ghofur.

Mari meminjam catatan sejarah sejenak.
Pada tahun 695 Masehi, musafir China bernama I tsing mencatat perjalanan nya. Di negeri Sri wijaya telah ada masyarakat berniaga kayu gaharu ini untuk di jual kepada bangsa Mongolia dengan angkutan kapal perang melayu.
Juga dengan para saudagar dari Gujarat dan Parsi dari Timur tengah.
I tsing ada di kota Palembang papa waktu itu ketika hendak belajar agama Budhis, karena Palembang pada waktu itu pusat pendidikan agama Budhis.

Di Asahan sendiri, nenek moyang orang Asahan juga sudah meniagakan gaharu ini sejak tahun 1451 Masehi. Orang Batak dari Porsea, dari rumpun marga Marpaung dan Hutagalung membawa dari Porsea turun gunung melalui sungai Asahan menuju dermaga Tanjung Balai. Sampai disana dijual ke para pedagang Gujarat dan Parsi juga orang orang Mongol yang ada di selat Malaka, ketika berlayar dari negeri nya. Tersebutlah Datuk Sailan, seorang saudagar gaharu, yang berasal dari rumpun marga Marpaung tadi, menjadi saudagar di Tanjung balai ketika itu.

Berarti para nenek moyang sudah sangat mengenal kayu gaharu ini dengan sebutan aneka bahasa. Orang batak bilang: Hau Alim. Minang: Kayu Kareh, Melayu: Depu atau Karas. Nah, dari aneka bahasa di nusantara ini, membuktikan gaharu sudah dikenal masyarakat nusantara. Mengapa kita para cucu moyang orang nusantara sama sekali 99% tidak mengenal lagi apa itu gaharu. Padahal ini sangat punya nilai historis, ekonomis, upacara agama atau adat, dan budaya.

Ayo, dari cerita diatas, kita bersama sama untuk membangun nusantara / Indonesia ini dengan menghijaukan gaharu di bumi pertiwi ini.
Bersama menciptakan lingkungan yang asri, juga masyarakat yang sejahtera.

Amin.

Tanaman Penghasil Gaharu

Indonesia merupakan negara produsen gaharu terbesar di dunia dengan kualitas terbaik. Pohon-pohon gaharu penghasil gubal (bagian terdalam dari batang pohon gaharu yang warnanya hitam, coklat hitam, coklat kemerahan dengan keharuman yang kuat) terbaik yang sangat sesuai dengan kondisi produksi alami di Indonesia mungkin sudah punah. Yang tertinggal adalah pohon-pohon yang memiliki sifat kerentanan yang lebih tinggi.

Gaharu merupakan komoditi elit hasil hutan bukan kayu yang saat ini diminati oleh konsumen baik dalam maupun luar negeri. Gaharu atau agarwood, aleawood, eaglewood dan jinkoh memiliki nilai jual tinggi. Kelangkaan pohon gaharu di hutan alam menyebabkan perdagangan gaharu asal semua spesies Aqularia dan Grynops di atur dalam CITES (Convention on International trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) dan ekspornya dibatasi dalam kuota.

Saat ini, Indonesia diposisikan untuk mengambil peran aktif dalam menyelamatkan produksi gaharu dengan mengalihkan produksi gaharu alam ke gaharu buatan. Dengan demikian di masa yang akan datang, Indonesia akan memasuki era gaharu budidaya atau mengambil kata yang lebih popular gaharu “non-CITES quota”.

Dengan mengambil tema “Menuju Produksi Gaharu secara Lestari di Indonesia”, Fakultas Kehutanan dan Fakultas MIPA IPB bekerjasama dengan Departemen Kehutanan RI dan didukung oleh Sinarmas Forestry, Perhutani, International Timber Trade Organization, Asgarin dan Yayasan Kehati menggelar Seminar Nasional I Gaharu di IPB International Convention Center (12/11). Tema ini diambil sebagai ekspresi dari keprihatinan masyarakat pemerhati gaharu terhadap tuntutan dunia akan pentingnya produksi gaharu yang lestari di Indonesia.

Hadir dalam acara ini, Menteri Kehutanan, Zulkifli Hasan, SE, MM, untuk membuka acara, didampingi Wakil Rektor bidang Akademik dan Kemahasiswaan IPB, Prof.Dr.Ir. Yonny Koesmaryono, Dekan Fakultas Kehutanan IPB, Dr. Hendrayanto, Dekan Fakultas MIPA IPB, Dr. Hasim, pejabat dari Dephut RI, peneliti, dan pemerhati gaharu Indonesia.

Menhut mengatakan kekayaan alam Indonesia harus kita lestarikan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. “Selama ini bagi hasil dari produksi gaharu selalu merugikan petani gaharu. Misal dari hasil penjualan gaharu 40% untuk pemilik modal, 20% untuk pemberi ijin,  sisanya untuk proses produksi dan petani. Ini tidak akan mensejahterakan rakyat,” tambahnya.

Mengingat pengumpul gaharu alami adalah penduduk penghuni sekitar hutan, maka sistem produksi yang akan dikembangkan sebaiknya berbasis masyarakat tepian hutan. Oleh sebab itu tata kelola wilayah yang memberikan insentif pada masyarakat tepian hutan perlu dipertimbangkan.

“Pohon gaharu pasarnya sangat besar. Gaharu yang mengandung “damar wangi” dan bila dibakar mengeluarkan aroma yang khas dapat diolah menjadi minyak gaharu, cindera mata, dupa makmul dan hio, parfum, obat-obatan dan untuk bahan kosmetik. Negara-negara dengan jumlah penduduk yang besar seperti China, India, Pakistan, Bangladesh, Thailand adalah pasar gaharu. Sehingga gaharu perlu dilestarikan dan yang mengembangkannya harus pakar-pakar dari IPB,” ujarnya saat diwawancara.
Sejak tahun 2003, kuota ekspor gaharu menurun terus menjadi sekitar 125 ton/tahun untuk tiap species. Dalam batasan kuota ini, produksi hanya dapat memenuhi sekitar 10-20% permintaan pasar, sehingga peluang pasar masih terbuka.

Menhut menambahkan untuk menjaga kelestarian alam sekaligus keberlanjutan ekspor, selain harus dikonservasi, gaharu juga harus diproduksi secara buatan pada pohon gaharu hasil budidaya. Pohon gaharu telah ditanam lebih dari 1750 ha di seluruh Indonesia dan ini menjadi modal dasar menuju produksi gaharu secara lestari di Indonesia.
Sementara itu, produksi gubal gaharu melibatkan mikroorganisme (sejenis cendawan yakni fusarium dan acremonium). Mekanisme pembentukan oleo resin (damar wangi) gaharu merupakan hasil interaksi antara pohon dan mikroorganisme tadi.

Minggu, 29 Januari 2012

Mempercepat Produksi Gaharu dengan Teknologi Inokulasi

Gaharu merupakan komoditi elit hasil hutan bukan kayu yang saat ini banyak diminati oleh konsumen baik dalam maupun luar negeri. Pemanfaatan gaharu sangat bervariasi dari bahan baku pembuatan dupa, parfum, aroma terapi, sabun, body lotion, hingga bahan obat-obatan sebagai anti asmatik, anti mikrobia, stimulan kerja syaraf, dan pencernaan. Akibat dari pola pemanenan dan perdagangan yang masih mengandalkan alam, beberapa jenis tertentu pohon penghasil gaharu mulai langka dan telah masuk dalam appendix II CITES.
Mengantisipasi kemungkinan pubahnya pohon penghasil gaharu jenis-jenis langka sekaligus pemanfaatannya secara lestari. Badan Litbang Kehutanan melakukan upaya konservasi dan budidaya serta rekayasa untuk mempercepat produksi gaharu dengan teknologi induksi atau inokulasi.
Serangkaian penelitian yang dilakukan Badan Litbang Kehutanan saat ini telah menghasilkan teknik budidaya pohon penghasil gaharu dengan baik, mulai dari perbenihan, persemaian, penanaman, hingga pemeliharaannya. Sejumlah isolat jamur pembentuk gaharu hasil eksplorasi dari berbagai daerah di Indonesia telah teridentifikasi berdasar ciri morfologis. Penelitian yang dilakukan juga telah menghasilkan empat isolat jamur pembentuk gaharu yang telah teruji dan mampu membentuk infeksi gaharu dengan cepat. Inokulasi menggunakan isolat jamur tersebut telah menunjukkan tanda-tanda keberhasilan hanya dalam waktu satu bulan. Ujicoba telah dilakukan di Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Jawa Barat (Sukabumi dan Darmaga), dan Banten (Carita).
Secara teknis, garis besar tahapan rekayasa produksi gaharu dimulai dengan isolasi jamur pembentuk yang diambil dari pohon penghasil gaharu sesuai jenis dan ekologi sebaran tumbuh pohon yang dibudidayakan. Isolat tersebut kemudian diidentifikasi berdasar taksonomi dan morfologi lalu dilakukan proses skrining untuk memastikan bahwa jamur yang memberikan respon pembentukan gaharu sesuai dengan jenis pohon penghasil gaharu agar memberikan hasil optimal. Tahap selanjutnya adalah perbanyakan jamur pembentuk gaharu tadi, kemudian induksi, dan terakhir pemanenan. Untuk saat ini, produksi gaharu buatan yang dipanen pada umur 1 tahun berada pada kelas kemedangan dengan harga jual US$ 100 per kilogram.
Di pasaran dalam negeri, kualitas gaharu dikelompokkan menjadi 6 kelas mutu, yaitu Super (Super King, Super, Super AB), Tanggung, Kacangan (Kacangan A, B, dan C), Teri (Teri A, B, C, Teri Kulit A, B), Kemedangan (A, B, C) dan Suloan. Klasifikasi mutu tersebut berbeda dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) yang membagi mutu gaharu menjadi 3 yaitu Klas Gubal, Kemedangan, dan Klas Abu. Perbedaan klasifikasi tersebut sering merugikan pencari gaharu karena tidak didasari dengan kriteria yang jelas.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam, Badan Litbang Kehutanan membuka kemungkinan kerjasama pengembangan gaharu kelas bisnis untuk masyarakat umum, mulai dari kegiatan budidaya tanaman penghasil gaharu, rekayasa produksi gaharu, pemanenan, hingga pemasarannya. Penawaran kerjasama dapat disampaikan ke kantor Pusat Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Jalan Gunung Batu No. 5 Bogor, Telp (0251) 633234, 7520067, Fax. (0251) 638111.